Dampak Maraknya Budaya Thrifting di Kalangan Mahasiswa

- 3 Juni 2023, 20:43 WIB
ilustrasi jualan baju online sukses
ilustrasi jualan baju online sukses /our-team/

 

Berita Sleman - Thrifting, mungkin kebanyakan dari kalian sudah tidak asing lagi jika mendengar hal tersebut. Thrifting dikenal sebagai kegiatan membeli barang bekas dimana barang tersebut masih memiliki kualitas yang bagus dan mempunyai harga yang murah.

Biasanya barang tersebut hanya terdapat satu atau tidak terdapat barang yang mirip dengan barang lainnya. Saat ini thrifting menjadi budaya populer terutama di kalangan mahasiswa, dengan melakukan thrifting mereka mendapatkan produk bekas yang masih layak dipakai dengan harga murah, sebagai mahasiswa jika mendengar kata “murah” tentunya akan merasa senang.

Baca Juga: Tips Menghubungi Bank Mandiri di Akhir Pekan: Solusi Praktis untuk Kebutuhan Perbankan Anda

Thrifting dapat dilakukan dengan mengunjungi langsung tempat thrifting seperti di Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang, bahkan thrifting sekarang juga dapat dilakukan melalui online shop.

Banyak online shop yang menyediakan produk thrifting dikarenakan lebih simpel bagi kedua pihak (penjual maupun pembeli), penjual tidak harus mempunyai ruko di pasar dan pembeli juga tidak harus datang ke tempat, tinggal menunggu barangnya sampai ke rumah.

Selain membeli produk hasil thrifting, mahasiswa juga banyak yang mencoba untuk menjadi penjual produk thrifting melalui online shop, selain dapat melatih kemampuan berbisnis hal tersebut tentunya dapat menambah pemasukan bagi kalangan mahasiswa.

Thrifting biasanya menyediakan barang seperti pakaian, tas, atau pun sepatu. Para pecinta thrifting tentunya akan sangat merasa bahagia jika mendapatkan barang bermerek namun dijual dengan harga murah.

Dibalik maraknya fenomena budaya thrifting yang sedang terjadi tentunya ada dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari fenomena tersebut.

Dengan adanya thrifting tentunya akan merugikan pelaku UMKM yang membuat produk lokal, kebanyakan perilaku masyarakat Indonesia ingin mendapatkan produk dengan kualitas bagus tetapi dengan harga murah, sehingga mereka lebih memilih membeli produk bekas dengan harga yang lebih murah yang penting masih layak digunakan.

Jika minat masyarakat terhadap thrifting semakin hari semakin tinggi, tentunya akan meningkatkan masuknya barang bekas pakai ke Indonesia, karena kebanyakan produk bekas tersebut di impor dari luar negeri dan belum tentu semuanya membayar bea cukai, jika mereka tidak membayar bea cukai hal tersebut akan menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara.

Serta dari semua barang bekas yang telah masuk di Indonesia belum tentu semuanya dapat diperjual belikan, pastinya banyak barang yang sudah rusak parah dan tidak layak untuk dipakai, hal itu akan mengakibatkan menumpuknya limbah baju bekas impor sehingga bisa merusak lingkungan.

Halaman:

Editor: Nidaul Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x