5 Hal yang Merusak Pengaturan Keuangan dan Investasi Pekerja Milenial dengan Gaji UMR

- 24 Agustus 2021, 11:06 WIB
ILUSTRASI - Online Banking. Lima hal yang dapat merusak perencanaan atau pengaturan keuangan dan investasi pekerja milenial bergaji pas-pasan.
ILUSTRASI - Online Banking. Lima hal yang dapat merusak perencanaan atau pengaturan keuangan dan investasi pekerja milenial bergaji pas-pasan. /PIXABAY/Tumisu

BERITA SLEMAN - Selama pandemi Covid-19 begini, mengatur keuangan dan investasi bagi pekerja dengan gaji upah minimum regional (UMR) terkadang jadi tantangan banyak orang, khususnya generasi milenial.

Ada lima hal yang dapat merusak perencanaan atau pengaturan keuangan dan investasi pekerja milenial bergaji pas-pasan, sebagaimana dilansir dari Forbes Financial Council.

Adapun perencanaan keuangan dan investasi perlu diterapkan oleh para pekerja sedini mungkin untuk mendanai berbagai tunjangan, liburan berbayar, dan dana pensiun kelak.

Baca Juga: Catat, 6 Langkah Investasi untuk Mahasiswa di Masa PPKM Pandemi

Adapun lima hal yang dapat merusak perencanaan generasi milenial sebagai pekerja denga upah UMR, adalah sebagai berikut:

1. Kurang fokus pada skala prioritas

Para pekerja milenial terkadang terlalu fokus kepada hal-hal yang tak esensial. Membeli produk yang bukan primer, dan itu terkadang hanya karena mengikuti trending.

Jika kebutuhan tersebut selalu dituruti, maka bisa memakan porsi aspek yang lebih penting, misalnya di aspek kebutuhan primer maupun sekunder. Bahkan, rencana menabung untuk masa depan pun kadang terlewat.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Pertama Kementerian Investasi

2. Tidak punya rencana masa depan yang jelas dan terukur

Adapun motivasi seseorang untuk mengatur rencana keuangan yang jelas adalah punya tujuan keuangan. Sejumlah pekerja generasi milenial terkadang lupa atau tak tahu, tujuan keuangan atau investasi apa yang sedang ia usahakan.

Ada pula yang sebenarnya telah ada tujuan investasi atau finansial, namun belum bergairah pada kondisi saat ini. Lantas kapan?

Baca Juga: Jokowi Resmi Lantik Menteri Investasi Bahlil dan Mendikbud-Ristek Nadiem dan 2 Pejabat Negara Lain Hari Ini

3. Tidak bijak dalam menentukan pengeluaran

Perencana keuangan dari OneShildt, Budi Raharjo CFP mengatakan bahwa umumnya keuangan terbagi menjadi beberapa pos pengeluaran.

Untuk memudahkan, Budi biasanya membagi pos pengeluaran menjadi metode 40-30-20-10, dengan rincian sebagai berikut:

  • 40 persen untuk kebutuhan hidup
  • 30 persen untuk pembayaran cicilan utang produktif
  • 20 persen untuk tabungan dan investasi
  • 10 persen untuk pengeluaran asuransi.

Pun, pengeluaran investasi adalah uang dingin, di mana uang itu tidak akan diambil meski ada keadaan darurat, hingga tujuan investasi terpenuhi.

Namun, kebanyakan pekerja milenial kurang menata pos-pos pengeluaran secara bijak setelah tanggal gajian.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini 7 Desember 2020: Asmara Cancer Hati-Hati, Investasi Leo Segera Cuan

4. Malas menabung dan investasi

Sejumlah pekerja generasi milenial setelah mempunyai gaji akan euforia dengan menghabiskan pendapatannya pada area konsumsi yang tinggi.

Perencanaan keuangan yang kurang baik juga dapat membuat gaji setiap bulan menjadi tidak bersisa dan tidak ada alokasi untuk tabungan.

5. Kurang bijak dalam ambil kredit

Terkadang, beberapa pekerja milenial bisa kurang bijak ketika mendapatkan kesempatan untuk meminjam uang, misalnya mengambil kredit untuk memenuhi pola hidup yang terlalu konsumtif. Sebagian diantaranya bahkan mengambil berbagai produk pinjaman dari berbagai pihak untuk memenuhinya.

Baca Juga: Catat, 6 Langkah Investasi untuk Mahasiswa di Masa PPKM Pandemi

Demikian lima hal yang merusak tujuan keuangan atau finansial pribadi dan investasi para pekerja milenial dengan gaji pas-pasan.***

Editor: Arfrian Rahmanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah