- Tembang Mijil
Mijil berasal dari kata bahasa Jawa wijil yang bermakna keluar. Tembang mijil memiliki makna saat anak manusia terlahir ke dunia dari rahim ibunya. Tembang mijil ini sering digunakan untuk memberi nasihat dan ajaran kepada manusia agar selalu kuat serta tabah dalam menjalani kehidupan.
- Tembang Sinom
Sinom berarti daun yang muda. Sinom juga berarti isih enom (masih muda). Tembang macapat sinom melukiskan masa muda, masa yang indah, serta masa penuh dengan harapan dan angan-angan. Tembang macapat sinom berisi nasihat, rasa persahabatan, dan keramahtahamahan.
- Tembang Kinanthi
Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun ‘bimbing’ yang berarti bahwa kita membutuhkan tuntunan atau bimbingan. Tembang kinanti mengisahkan kehidupan seorang anak yang membutuhkan tuntunan untuk menuju jalan yang benar. Tembang kinanti digunakan untuk menyampaikan suatu cerita yang berisi nasihat yang baik serta kasih sayang.
- Tembang Asmaradana
Tembang asmarandana berasal dari kata asmara ‘asmara’ dan dahana ‘api’ yang berarti ‘api asmara’ atau ‘cinta kasih’. Tembang ini mengisahkan perjalanan hidup manusia yang berada pada tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya. Tembang asmarandana menggambarkan perasaan hati yang berbahagia atau rasa pilu dan sedih karena dirundung cinta.
Baca Juga: Profil Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang Masuk Bursa Capres 2024
- Tembang Gambuh
Gambuh memiliki arti cocok atau jodoh. Tembang gambuh ini menceritakan seseorang yang telah bertemu pasangan hidupnya. Gambuh digunakan untuk menyampaikan cerita dan nasihat kehidupan, seperti rasa persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan.
- Tembang Dhandhanggula
Kata dhandhanggula berasal dari kata ‘dhangdhang ‘berharap’ atau ‘mengharapkan’, tetapi ada pula yang mengatakan berasal dari kata gegadhangan yang berarti ‘cita-cita’, ‘angan-angan’, atau ‘harapan’. Kata gula menggambarkan rasa manis, indah, atau bahagia.
Dengan demikian, tembang macapat dhandhanggula memiliki makna ‘berharap sesuatu yang manis’ atau ‘mengharapkan yang indah’. Tembang ini digunakan sebagai tembang pembuka yang menjabarkan berbagai ajaran kebaikan serta ungkapan rasa cinta dan kebahagiaan.
- Tembang Durma
Tembang macapat durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan nafsu untuk berperang. Tembang ini menunjukkan watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi, dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya.
Dalam istilah Jawa keadaan semacam itu disebut dengan munduring tata karma (durma) ‘berkurangnya atau hilangnya tata krama’. Tembang durma sering berisi nasehat agar berhati-hati dalam meniti kehidupan.