Diketahui Chairil hanya menulis 70 puisi asli, 4 puisi saduran, 10 puisi terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan, terhitung dari ia mulai meniti kariernya sebagai pengarang puisi sekitar tahun 1942.
Dengan waktu yang singkat hanya 6,5 tahun Chairil menulis, tapi mampu merubah bentuk puisi Indonesia yang dulu masih didominasi syair, pantun, soneta dan kekuatan dominasi bahasa yang dinisiasi Majalah Poejangga Baroe, pimpinan Sutan Takdir Alisyabana.
Chairil memang telah wafat 100 tahun lalu dan setiap pada 26 Juli, masyarakat Indonesia kembali diingatkan jika puisi bisa merekatkan bangsa dan membuat sebuah negara bisa lebih beradab untuk menghargai bahasa dan puisi yang ditulis seorang penyair layaknya ‘Si Binatang Jalang’ yang mau hidup seribu tahun lagi itu.***(Rendy Jean Satria/pikiran-rakyat.com)