Mayoritas Pasangan Milenial Berjuang dalam Ketidakpastian Kerja, Bukan yang Kencan Sambil Ngomongin Saham

29 April 2021, 16:00 WIB
Pekerja menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterimanya di pabrik rokok PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (29/4/2021). Sebanyak 51.451 pekerja harian dan borongan di perusahaan itu menerima uang THR guna membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/foc. /YUSUF NUGROHO/ANTARA FOTO

BERITA SLEMAN - Generasi milenial disinyalir akan menemui masa depan finansial paling menakutkan daripada generasi sebelumnya. Padahal di Indonesia, para milenial diprediksi akan menggantikan generasi X pada tahun 2030.

Menurut laporan HUFFINGTON POST, para milenial akan menghadapi berbagai tantangan dari upah yang minim (tapi pada saat yang sama, biaya pendidikan, perumahan, dan kesehatan terus meningkat), kerusakan lingkungan, dan kenyataan akan susahnya membeli rumah.

Generasi milenial adalah kelompok pemuda yang lahir di antara tahun 1980 hingga tahun 2000-an. Artinya, di tahun 2021 ini, para generasi milenial berusia antara 21 hingga 41 tahun.

Baca Juga: Rekomendasi Hp Harga 1 Jutaan Terbaik di 2021: Ada Xiaomi, Oppo, hingga Realme

Dari 200 jutaan penduduk Indonesia, 81 juta di antaranya berasal dari generasi milenial. Dan, dari 81 juta orang ini, secara mayoritas sangat mungkin berbagi masalah yang sama.

Tantangan sudah di depan mata tapi banyak dari para milenial belum menyadarinya. Berikut tantangan para milenial yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

Menunda Pernikahan atau Menikah Tapi Hidup Pas-pasan

Sebagian besar milenial akan memilih menunda pernikahan dan mempunyai anak. Mereka ingin mementaskan dulu hidupnya sebelum menghidupi orang lain.

Namun, tak sedikit pula milenial yang menikah muda. Mereka berinisiatif memulai rumah tangga dengan banyak alasan, biasanya karena tekanan budaya kita yang masih diskriminasi: Menikah harus di bawah usia 25 tahun, terutama bagi perempuan.

Baca Juga: Dipercepat! 7 Bantuan Pemerintah Ini Cair Sebelum Lebaran 2021: Begini Cara Cek Online Penerima BPNT dan PKH

Tak banyak pasangan milenial yang kencan sambil ngobrolin bitcoin, saham atau cryptocurrency. Privilege atau hak istimewa itu nyata adanya. 

Mayoritas pasangan generasi milineal hari ini sedang berjuang membangun rumah tangga dalam lingkup kemiskinan.

Tak punya pekerjaan yang layak, tak punya rumah hingga masih menumpang pada orang tua atau mertua.

Baca Juga: Memperingati Hari Puisi Nasional, Menengok Sosok Chairil Anwar: Si Binatang Jalang yang Gemar Mencuri Buku

Ketidakpastian Kerja

Pekerjaan semakin sulit didapatkan. Orang dengan gelar sarjana saja masih banyak yang menganggur.

Akhirnya, pekerjaan impian harus gugur dari benak dan mau tak mau, milenial dipaksa kerja apa saja asal dapat uang.

Jikalau telah bekerja, milenial akan dibayangi oleh sistem kerja kontrak atau alih daya (outsourcing). Kerja bertahun-tahun, tapi saat resign, mereka tak dapat duit pensiunan atau pesangon. Pun, jaminan kesehatan harus mereka tanggung sendiri.

Baca Juga: Sejarah Babi Ngepet, Makhluk Jadi-Jadian Pencuri Duit yang Bikin Heboh di Depok

Upah kerja yang diterima milenial, tak banyak berubah dari 10 tahun yang lalu. Ini berbanding terbalik dengan segala kebutuhan hidup yang selalu naik karena inflasi.

Dengan gaji sekelas Upah Minimum Regional (UMR), jangankan bisa nabung, untuk keperluan hidup sehari-hari saja sudah sangat mepet.

Di Yogyakarta, upah jadi persoalan mendasar bagi para pekerjanya. Besar Upah Minimum Provinsi (UMP) Yogyakarta 2021 adalah yang terendah di Indonesia, yaitu sebesar Rp1.765.000 atau naik 3,54 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) 2021 untuk masing-masing kabupaten adalah Rp1.770.000 (Gunung Kidul); Rp1.805.500 (Kulon Progo); Rp1.842.460 (Bantul); Rp1.903.500 (Sleman); dan Rp2.069.530 (Kota Yogyakarta).

Baca Juga: Simak Daftar Rekomendasi Hp Android Harga 2 Jutaan, Mulai dari Realme hingga Xiaomi

Kemudian, mayoritas dari milenial tidak memilih kerja ke pabrik atau pekerjaan formal lainnya, tapi merintis usaha kecil-kecilan.

Tak Punya Rumah

Milenial dengan gaji UMR belum mampu dan tentu mau untuk mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Bank Indonesia mensyaratkan uang muka sebesar 15 persen dari harga rumah. Jadi, jika mereka ingin punya rumah kecil di Sleman seharga Rp300 juta, maka setidaknya butuh Rp45 juta bagi milenial ber-UMR Sleman Rp1.9 juta/bulan.

Perlu belasan tahun untuk melunasi rumah dengan syarat seluruh upah UMR para milenial dialokasikan untuk membeli rumah.

Baca Juga: Nikahi Gadis 19 Tahun, Reaksi Mantan Istri Ustad Abdul Somad: Saya Telah Persiapkan Hati

Upah minim yang didapat sebagian besar milenial tak sebanding dengan harga properti yang kian melonjak tinggi tiap tahunnya.

Harga jual tanah di Jogja saat ini rata-rata antara Rp2 juta per meter hingga Rp3 juta permeter. Harga jual tanah tersebut juga tergantung lokasi tanah. Semakin ke dalam atau jauh dari akses jalan harganya semakin turun.

Meskipun pemerintah mulai memudahkan para milenial dengan KPR subsidi, ancaman menjadi tunawisama masih dihadapi oleh sebagian besar milenial.***

Editor: Arfrian Rahmanta

Tags

Terkini

Terpopuler