Memperingati Hari Puisi Nasional, Menengok Sosok Chairil Anwar: Si Binatang Jalang yang Gemar Mencuri Buku

- 28 April 2021, 19:00 WIB
Sejumlah siswa membaca puisi saat memperingati Hari Puisi Sedunia di SMP Muhammadiyah 1 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (24/3/2021). Membaca puisi secara serentak yang berjudul "Puisi Cinta Untuk Presiden Jokowi" tersebut sebagai wujud rasa terima kasih siswa atas keberhasilan pemerintah melawan COVID-19 dan kesuksesan vaksinasi secara massal di Indonesia. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Sejumlah siswa membaca puisi saat memperingati Hari Puisi Sedunia di SMP Muhammadiyah 1 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (24/3/2021). Membaca puisi secara serentak yang berjudul "Puisi Cinta Untuk Presiden Jokowi" tersebut sebagai wujud rasa terima kasih siswa atas keberhasilan pemerintah melawan COVID-19 dan kesuksesan vaksinasi secara massal di Indonesia. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj. /Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO

Selain menulis sajak, Chairil juga menerjemahkan. Dia menerjemahkan "Pulanglah Dia si Anak Hilang" (karya Andre Gide, 1948) dan "Kena Gempur" (karya John Steinbeck, 1951).

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini 28 April 2021: Taurus, Leo dan Cancer Saatnya Tebar Pesona

 

Gemar Membaca dan Mencuri Buku

Lelaki kelahiran 26 Juli 1922 di Medan ini gemar sekali membaca (dan mencuri) buku.

Kegemaran membaca pernah membuat Chairil remaja tertimpa masalah. Anak pasangan Toeloes dan Saleha itu pernah dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa.

Saat itu Chairil membacakan satu bagian dari buku "Layar Terkembang" (1936) karangan Sutan Takdir Alisjahbana untuk ibunya, dengan lantang saat berada di rumah di Pangkalan Brandan.

Baca Juga: Masjid Jogokariyan dan UAS Ajak Patungan Beli Kapal Selam Pengganti KRI Nanggala-402

Suaranya yang cempreng itu memancing polisi datang. Chairil lalu dibawa ke kantor polisi dan diperiksa di sana. Karena, buku tentang emansipasi perempuan yang terbit pada 1936 itu dianggap sensitif.

Pada 1942, Chairil pindah ke Jakarta mengikuti ibunya, Saleha. Ia menggelandang dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup. Di Jakarta, ia hidup miskin dan terlantar.

Halaman:

Editor: Arfrian Rahmanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah