Baca Juga: Rangkuman Komentar Negatif soal KRI Nanggala-402, Ada Nurhadi Hingga Polisi Sleman
Pemberontak yang Hidup di Antara Kita
"'Aku mau hidup seribu tahun lagi', tulis Chairil Anwar dalam sajak 'Aku' atau 'Semangat' pada tahun 1943. Ketika ia berumur 20 Tahun. Enam tahun kemudian ia meninggal dunia, dimakamkan di Karet [Jakarta Selatan], yang disebutnya sebagai 'daerahku y.a.d.' dalam 'Yang Terampas dan Yang Putus'.
"—sajak yang ditulisnya beberapa waktu menjelang kematiannya pada 1949. Sejak itu, sajak-sajaknya hidup di tengah-tengah kita," ucap Sapardi Djoko Damono dalam teks "Chairil Anwar Kita".
Baca Juga: Catat, Ini Syarat Lengkap Perjalanan Sebelum dan Sesudah Larangan Mudik 2021
Chairil mati muda, pada usia 27 tahun, dan sejarah akan terus mencatat, ia seorang pemberontak yang tak beranjak tua. Komplikasi infeksi paru, tifus, luka usus—dan raja singa menurut banyak orang—menggerogoti kehidupan bohemiannya yang liar.
Tapi mati muda telah mengekalkan imaji dirinya selaku pemberontak terhadap adat-istiadat, nilai, dan kemapanan Pujangga Baru.***