BERITA SLEMAN - Ramai-ramai soal babi ngepet yang terbukti rekayasa di Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, menyisakan kisah lain.
Seorang ibu bernama Wati menyusul viral setelah menuding tetangganya hidup kaya dengan pesugihan, lantaran tak pernah terlihat bekerja.
"Dari kemarin saya sudah pantau, Pak, orang ini. Ini dia berumah tangga dia nganggur tapi uangnya banyak. Saya sudah lewat rumahnya, udah saya lemparin sesuatu di depan rumah biar ketahuan," tutur bu Wati dalam potongan video viral.
Baca Juga: 3 Resep Masakan Khas Lebaran Selain Opor Ayam dan Ketupat
Bagaimana sih cara menghadapi nyinyiran tetangga yang kerap mengganggu?
1. Pahami masalahnya
Apa yang dikatakan Wati adalah bentuk dari cacat logika. Wati telah melakukan penyamarataan buta atas aturan umum.
Padahal, secara jelas ada pengecualian pada aturan umum "terlihat bekerja dan menjadi kaya". Wati tak mengoreksi jika di era 4.0 ini ada 'pekerjaan yang tak terlihat'.
Baca Juga: 7 Aplikasi Kencan Online Untuk Dapat Pacar, Jomblo Wajib Tahu!
Pada pola kerja Gig Economy, orang tak perlu pergi ke kantor. Di manapun berada, dia cukup bertransaksi antara keahlian dengan uang.
Misal, ilustrator freelance mempunyai klien dari luar negeri. Atau, seorang konsultan yang bermodal zoom meeting seharian dengan klien-kliennya. Youtuber dan investor saham juga bisa bekerja dari rumah.
Ketika tahu seperti ini, kamu bisa memahami tetanggamu dan kalau mau, pahamkan juga tetanggamu perihal kecanggihan teknologi.
2. Tak usah dibikin repot
Dalam filsafat Stoisisme, perlu kebijakan dalam banyak situasi untuk cukup menghindari dan mencari solusinya, tidak perlu menghabiskan energi untuk meributkannya.
Sering kali, banyak masalah sepele tidak perlu dicari solusinya, cukup dihindari, seperti sekadar menghindari bertemu dengan tetangga yang suka nyinyir atau membiarkan si tetangga yang nyinyir berkata sampai mulutnya berbusa.
Kata Gus Dur, "Gitu aja kok repot!".
Baca Juga: 8 Fitur Rahasia Google Chrome untuk Tingkatkan Produktivitas
3. Jangan sampai terprovokasi
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Namun, realitasnya, manusia kerap saling menyakiti dan menyinggung sesamanya. Sebab manusia juga adalah Homo Homini Nyinyir.
Jika menelisik dikotomi kendali dalam "Filosofi Teras" (2008) karya Henry Manampiring, tetangga yang nyinyir dan nyebelin itu ada di luar kontrol kita.
Artinya, yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan diri kita sendiri. Mencegah agar kita tidak merespon nyinyiran tetangga tersebut secara impulsif.
4. Tak ada waktu untuk baper
Baper itu sumber dari segala masalah. Karena kemarahan/kesedihan (baper) dimulai dari persepsi kita sendiri atas sebuah peristiwa yang sering kali tidak dianalisis dahulu.
Sutradara legendaris asal Jepang, Akira Kurosawa pernah berkata, "Saya tidak mampu membenci siapa pun. Saya tidak punya waktu untuk itu."
Kurang kerjaan sekali kalau kamu memiliki waktu untuk membenci atau mendengki balik tetanggamu yang nyinyir padamu. Gunakan waktumu untuk 'pekerjaan yang tak terlihat' itu.
Baca Juga: Sejarah Babi Ngepet, Makhluk Jadi-Jadian Pencuri Duit yang Bikin Heboh di Depok
5. Masa bodoh!
Ini ekstrim, tapi terkadang perlu. Percayai nilai-nilai yang kamu yakini benar meskipun berbeda dengan para tetanggamu.
Tidak ada dogma yang benar. Pun, tidak ada ideologi yang sempurna. Hiraukan semua perilaku tetangga yang kerap kali nyinyir, lebih baik undang teman untuk main PS bersama.
Dan, ini prinsipnya: Jika tetangga baik kepada kita, maka baiklah pada dia. Jika dia tak baik, ya sudah, masa bodoh!
Nah itu dia lima cara hadapi nyinyiran tetangga saat kita dikira melakukan pesugihan karena nganggur. Lima cara di atas juga bisa digunakan pada banyak kasus dengan tetangga.
Terakhir, paling penting adalah komunikasi. Tanpanya, tak akan ada penyebaran pengetahuan dan hasilnya adalah saling curiga.***