Sejarah Babi Ngepet, Makhluk Jadi-Jadian Pencuri Duit yang Bikin Heboh di Depok

- 28 April 2021, 12:39 WIB
Ilustrasi babi ngepet. Warga harus bertelanjang bulat untuk bisa menangkap babi ngepet di kawasan Sawangan Depok. Babi ngepet yang ditangkap hidup-hidup disembelih.
Ilustrasi babi ngepet. Warga harus bertelanjang bulat untuk bisa menangkap babi ngepet di kawasan Sawangan Depok. Babi ngepet yang ditangkap hidup-hidup disembelih. /Hening Prihatini/pixabay/regenwolke0

Baca Juga: Angkutan Gelap Menjamur saat Mudik Dilarang, Pengamat: Lebih Baik Mudik Diperbolehkan Saja

Kecemburuan Sosial

Asal muasal kekayaan seseorang yang tak jelas atau belum terjelaskan sulit diterima oleh masyarakat Jawa dan Sunda tradisional yang umumnya masih percaya takhayul. 

Dalam buku "Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan Cina" (2008), Ong Hok Ham berpendapat kalau orang Jawa seringkali menciptakan semacam mitos di sekitar orang yang berhasil dalam hidupnya.

Demi memahami konsep kekuasaan, jelas Ong, masyarakat tradisional memerlukan penjelasan melalui mitos dan alam gaib. Tapi tidak bagi tuan tanah lokal, penginjon, lintah darat, dan pedagang yang tidak bisa merekayasa legitimasi serupa atas kekayaan yang mereka kumpulkan.

Baca Juga: Masjid Jogokariyan dan UAS Ajak Patungan Beli Kapal Selam Pengganti KRI Nanggala-402

Artinya, konsep kemakmuran di masyarakat agraris, proses pengumpulan kekayaan materi haruslah berwujud. Jika tidak, seseorang akan dituduh telah mencuri.

Dalam buku "Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong" (2002) Ong Hok Ham menjelaskan bahwa dari sudut padang masyarakat agraris, orang yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi cenderung tidak dianggap sebagai orang Jawa.

Ong lantas mengkaitkannya dengan sentimen rasial terhadap orang Tionghoa dan ras minoritas lain yang berduit.

Kemarahan kepada cukong-cukong Tionghoa kemudian berubah menjadi kemarahan kolektif terhadap orang-orang kaya lainnya. Golongan swasta kaya pribumi, seperti halnya para haji pedagang, kadang juga disejajarkan dengan pedagang-pedagang etnik minoritas.

Halaman:

Editor: Arfrian Rahmanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah